Artikel

"Unggahan” Sambut Ramadhan

Ada sebuah tradisi yang sudah disiapkan oleh warga sambut jelang Ramadhan, yaitu unggah-unggahan atau unggahan.

Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia unggah-unggahan artinya kenaikan. Bentuk dari tradisi ini adalah warga desa yang mayoritas warga Nahdliyin memberikan sedekah dengan mengadakan selamatan kirim doa. Mereka membawa makanan seadanya dan menurut kemampuan setiap warga. 

Makanan yang disediakan atau yang dikenal dengan istilah "ambeng atau berkat" oleh warga ada dua macam yaitu makanan yang akan di bagikan dan makanan yang akan di makan bersama-sama setelah selamatan. Sebelum makan dibagi atau dimakan bersama  tersebut dikumpulkan dimusholla atau Masjid terdekat, dan semua warga berkumpul namun ada juga yang menyelenggarakan di rumah masing-masing warga.

Unggahan merupakan tradisi yang dilakukan oleh setiap warga jelang Ramadhan dan tidak dilakukan bulan-bulan lain dan seolah-olah telah menjadi amalan wajib sambut datangnya bulan Ramadhan.


Kyai Rahmat (Alm.) yang merupakan kiai sepuh zaman dulu yang juga merupakan penggiat NU, bahwa tardisi unggah-unggahan diharapakan kualitas hidup kita mengalami kenaikan, dan bulan ramadhan itu merupakan sarana untuk  menaikan kualitas hidup, diantaranya kualitas hidup bermasyarakat dan meningkatkan iman.

Kiai Rahmat juga menafsirkan, tentang makan bersama setelah selamatan, merupakan kebersamaan karena tidak masuk akal kalau sudah kumpul bersama kemudian makan bersama dalam satu nampan secara bersama-sama kemudian menjadikan  saling membenci, yang ada adalah rasa bungah (senang) . 

Mengikuti taradisi unggah-unggahan juga menggangap bahwa tradisi semacam itu tidak buruk dan patut dilaksanakan karena tidak bertentangan dengan nilai-nilai keislaman. Justru disinilah simbol kerukukan umat akan terpelihara dengan baik.

Unggah-unggahan merupakan bentuk silaturahmi antar umat manusia yang disebut dengan hablum minanas dan unsure lain dari unggah-unggahan terdapat juga hablum minallah dengan berkirim doa dan memuja Gusti Allah. 

Unggah-unggahan dalam doa tersebut merupakan bentuk berterima kasih kepada orang-orang terdahulu yang telah membawa Islam sehingga sampai kepada umat yang ada sekarang ini. 

Pada zaman dulu makanan yang disajikan dlam unggaha-unggahan adalah jenis kue apem yang kalau istilahkan dengan menggunakan bahsa Arab itu Afuwun artinya minta maaf dan saling memaafkan, jadi isi dari unggah-unggahan tersebut adalah serentetan kegiatan untuk menyambut bulan suci agar jiwa kita juga bersih atau suci . 

Jadi diawali dengan batin yang suci dan diakhir ramadhan  kita juga akan menjumpai hari raya idul fitri dengan fitrah yang suci, dengan demikian akan semakin kualitas hidup kita.

“Unggah-unggahan” Sambut ramadhan, tradisi ini memang baik sekali tetapi sayang di beberapa daerah kita banyak yg di selenggarakan di tiap rumah shingga tampak sebagai pemborosan yg memubadzirkan makanan karena makanan tampak berlimpah ruah dan yg lebih memperihatinkan dimasak asal2an asal memenuhi syarat2 tradisi seperti harus adanya kue apem, sambal goreng, serondeng, dan lain sebagainya yang biasa disebut sebagai ambeng sehingga banyak yg tak menyukai, bukankah lebih baik jika di selenggarakan di mushola secara bersama-sama seperti yang dipaparkan diatas sehingga tdk banyak makanan yg tersisa dan terbuang atau mungkin diwujudkan dlm bentuk menu yg lain yg lebih menarik dan mengundang selera atau dlm bentuk uang yg bisa digunakan untuk berbagai hal misal pembangunan masjid, mushola atau mungkin jika dikelola secara profesional akan bnyak dana yg terkumpul yg jauh lebih bermanfaat lagi daripada membuang-buang makanan.


No comments:

Post a Comment